Usut Tuntas Kebocoran Soal UN SMP
Medan, (Analisa). Ketua Komisi E DPRD Sumut, Efendi Panjaitan menjelaskan, kasus terungkapkannya kebocoran soal ujian nasional (UN) SMP di sejumlah sekolah di Medan harus diusut tuntas. Belajar dari temuan kebocoran UN SMA lalu seharusnya ditindaklanjuti sehingga peristiwa serupa tidak terulang.
Dia menambahkan, tidak dijadikan syarat kelulusan membuat pihak-pihak tertentu berupaya membocorkan soal UN. Apalagi hasil UN SMP ini dijadikan acuan untuk masuk ke SMA.
“Memang UN tidak jadi penentu kelulusan. Tetapi, jangan salah UN ini dikejar dan ditargetkan tinggi karena menentukan untuk masuk ke SMA mana. Jadi, memang orang tidak fokus kepada lulusan UN tetapi ke sekolah mana nantinya melanjut. Ini sangat berbahaya dan akan berebut orang ke sekolah-sekolahyang kualitas lebih baik. Apalagi orang juga tetap ingin menjadi yang terbaik demi prestise dan prestasi kepala sekolah,” ucapnya.
Melihat kondisi ini, lanjutnya Komisi E meminta kepada Dinas Pendidikan Provinsi Sumut dan kabupaten/kota untuk mengusut tuntas dan bila perlu kebocoran jika benar kebocoran tersebut maka harus diulang kembali. Tapi harus objektif dan tidak diskriminasi.
Politisi PDI Perjuangan sangat menyayangkan ketidaksiapan dari Dinas Pendidikan Provinsi karena tidak ada satupun sekolah di Sumut yang menyelenggarakan UN CBT untuk SMP. “Sangat disayangkan UN CBT untuk SMP di Sumut tidak ada. Padahal ini program nasional yang dinilai efektif. Semua ini karena Dinas Pendidikan Provsu tidak siap. Padahal, jumlah SMP di Sumut sangat banyak,” katanya. .
Efendi berharap, agar tidak terulang kembali agar diusut tuntas dengan menemukan pelaku pembocor soal UN seperti memidanakan, dan jika sifatnya administratif maka tindakan harus administratif dan kepada sekolah dilakukan UN ulang jika memang dilakukan pihak sekolah.
Jangan Salahkan Sekolah
Di tempat terpisah, anggota Komisi E DPRD Sumut, Brilian Moktar menjelaskan, kebocoran UN bisa dilihat secara sederhana saja dan ditegaskan agar kebocoran itu jangan selalu menyalahkan sekolah.
“UN cukup ketat pengawalannya. Kalau memang terjadi kebocoran dan setelah dicek ternyata benar ada kebocoran maka harus diusut tuntas. Saya melihat kebocoran ini adalah ulah oknum yang tidak bertanggungjawab dan dilakukan hanya untuk menjatuhkan orang lain. Artinya, dikondisikan. Tetapi terkadang hanya isu dan tidak benar setelah dicek, “ ucapnya.
Menurutnya, akibat ulah oknum tidak bertanggungjawab tersebut seolah-olah UN benar-benar bocor dan ternyata dicek ternyata tidak benar. Melihat ini, aparat harus jelih dan kepada dinas pendidikan kabupaten/kota dan provinsi silahkan untuk mengusutnya sampai tuntas dan turun ke lapangan.
“Bagi saya intinya jangan menyalahkan sekolah, tetapi salahkan orang-orang yang mencetak, mengantar distribusi ke sekolah. Coba tanyakan darimana pihak sekolah mendapat kunci jawaban ?Janganlah setiap tahun persoalan ini terjadi tidak pernah ada solusi,” ujarnya.
Brilian juga meminta agar murid tidak disalahkan karena murid SMP pasti tidak tahu menahu dan mereka juga tidak meminta.
“Saya meminta agar pihak pelaksanaan seperti pembuatan, pencetakan dan sampai ke sekolah hingga aparat pengawas diusut. Harus ditemukan siapa yang bermain, dan bertanggungjawab,” katanya. (maf)