Jangan Sampai Medan Kota Jambret
Oleh: Fahrin Malau
Masih ingat jambret yang dialami Tini alias Khok Thing-thing (28) pada malam Jum’at (8/2). Dia jatuh dari becak motor dan terhempas ke aspal di Jalan Ahmad Yani Medan, karena mempertahakan tas dari jambret. Usaha Tini untuk mempertahankan tas dari jambret, berakhir kematian setelah sebelumnya mendapat perawatan di rumah sakit RS Materna Medan. Karena luka yang dialami cukup parah, empat hari kemudian dia meninggal dunia.
Jambret yang terjadi pada Tini alias Khok Thing-thing, sebelumnya juga sering terjadi. Sampai saat ini, peristiwa jambret masih terus berlangsung. Tidak dapat dipungkiri, akibat peristiwa jambret menyebabkan masyarakat merasa tidak aman untuk berpergian. Bukan tidak mungkin, suatu saat anda menjadi korban jambret.
Rentetan jambret yang terjadi di Kota Medan belakang ini, patut disikapi dengan serius oleh pihak kepolisian. Jangan sampai kota ini menjadi kota jambret. Bila ini tidak bisa ditangani pihak kepolisian dapat memunculkan kekhawatiran pada masyarakat. Walau hanya jambret, bila banyak terjadi di berbagai tempat di Medan, jangan bilang Medan masih aman.
“Jangan bilang aman. Tetangga saya menjadi korban perampokan di siang bolong. Bagaimana mungkin bisa dibilang Kota Medan itu sudah aman” ketus anggota Dewan Perwakilan Rakyat Sumatera Utara (DPRD Sumut) dari Fraksi PDI Perjuangan, Brilian Muktar.
Kekhawatiran Brilian, Kota Medan tidak aman karena banyak terjadi jambret sangat beralasan. Dengan semakin banyak jambret terjadi dimana-mana, akan menggangu aktifitas masyarakat di luar, khususnya kaum perempuan yang menjadi sasaran jambret. Bila ini tidak ditangani segera oleh pihak polisi, para jambret akan bereaksi lebih beringas. Para jambret tidak hanya mengambil harta milik korban, tapi juga mengancam keselamatan korbannya. Contohnya jambret yang dilakukan saat korban berkenderaan sepeda sangat membahayakan korban.
Parahnya lagi lanjut Brilian, kejahatan bukan dilakukan pada malam saja. Pada siang hari pun para pelaku bisa leluasa beraksi. Hal ini memunculkan pandangan kalau pihak kepolisian tidak mampu. Apakah polisi tidak sadar kalau warga Kota Medan sudah ketar-ketir kalau keluar rumah di malam hari? Justru kinerja kepolisian lah yang kita pertanyakan. Selama ini kepolisian tidak maksimal menjalankan tugasnya.
Menurutnya, kepolisian tidak bisa tinggal diam saja. Sebab kriminal di Kota Medan semakin meningkat. Dia sangat setuju adanya instruksi Kapolresta Medan untuk tembak di tempat para jambret. Hanya saja instruksi tersebut harus benar-benar diterapkan agar menimbulkan efek jera pada pelaku jambret. Hanya saja senjata yang dipergunakan polisi jenis colt sangat tidak mungkin digunakan mengingat jarak tembak yang pendek. Di samping itu tempat yang ramai dikhawatirkan dapat mencedrai masyarakat yang ada di sekitar lokasi.
Memberikan rasa aman kepada masyarakat, reserse harus menempatkan personil di tempat-tempat yang dinilai rawan jembret. Penempatan polisi ini untuk menekan ruang gerak jambret untuk melakukan aksinya. Semakin sempit ruang gerak jambret dapat mengurangi tindak kriminal yang terjadi di Kota Medan.
Peran serta Pemko Medan juga sangat penting. Dia melihat sekarang ini banyak lampu penerangan yang tidak berfungsi sehingga dapat terjadi tindak kriminal seperti jambret. Harusnya Pemko Medan melalui Dinas Pertamanan Kota Medan harus lebih memperhatikan dan segera memperbaiki lampu penerangan jalan yang tidak berfungsi. Tujuannya agar lokasi yang tidak mendapat penerangan tidak dijadikan lokasi jambret.
Pemberadayaan Satpol PP
Tidak jauh dengan Brilian, Anggota Komisi D, DPRD Kota Medan, Landen Marbun mengungkapkan banyaknya kasus kejahatan seperti jambret yang terjadi di Kota Medan menandakan aparat kepolisian belum bekerja maksimal. Kita meminta agar kinerja kepolisian ditingkatkan, terutama dalam menggelar patroli pada malam hari.
Menurut Landen, meningkatnya tindak kriminal disebabkan banyak faktor, salah satunya tekanan ekonomi. Biasanya mendekati hari besar keagamaan seperti lebaran, natal dan tahun baru tindak kriminal mengalami peningkatan. Pihak polisi harusnya harus dapat mengantisipasi agar tidak jatuh korban terlalu banyak.
Dia mengakui, selain faktor ekonomi, masih ada faktor lain yang mendorong orang melakukan tindak kriminal seperti jambret. Hanya saja persentasenya lebih kecil. Faktor ekonomi yang lebih dominal. Karena itu, Pemko Medan harus membantu kerja polisi agar tindak kriminal yang terjadi di Kota Medan dapat diperkecil.
Banyak kontribusi yang dapat dilakukan Pemko Medan untuk membantu kerja polisi dalam memberikan rasa aman kepada masyarakat. Misalnya menempatkan Satpol PP di tempat-tempat keramaian untuk memberikan rasa aman.
“Saya melihat, personil polisi tidak cukup untuk ditempatkan di berbagai lokasi yang dinilai rawan kejahatan. Selain memberikan rasa aman, masih banyak tugas polisi. Karena itu tidak salah bila Pemko Medan membantu tugas polisi dengan menugaskan Satpol PP untuk memberikan sara aman,” jelasnya.
Selain itu Pemko Medan harus meningkatkan Siskambling di masing-masing daerah. Lemahnya sistem pengamanan yang dilakukan masyarakat, memicu terjadinya tindak kejahatan. Lain halnya bila siskambling terus ditingkatkan, ruang gerak pelaku tindak kriminal semakin sempit. Walikota Medan harusnya mengecek kembali sejauh mana bentuk pengamanan lingkungan yang dilakukan masyarakat.
Landen menyebutkan, kalau tingkat kewaspadaan dan antisipasi masyarakat sangat rendah. Hal tersebut juga menjadi faktor munculnya niat dari pelaku kejahatan. Oleh karena kesempatan yang kerap muncul spontanitas itu pula. Paling tidak kita harus bisa jadi polisi bagi diri sendiri. Jangan lagi menunjukkan kemewahan di jalanan dan jangan pernah menunjukkan kalau kita merupakan makhluk yang lemah seperti apa yang dipikirkan para pelaku kejahatan itu. Oleh karena itu, mari kita sama-sama meningkatkan perlindungan dan keamanan untuk mempersempit ruang gerak para pelaku kejahatan yang terbilang semakin nekad.