Brilian: Pelebaran Drainase Diminta Untuk Ditunda Normalisasi Sungai dan Kanal Pencegah Banjir

Persoalan banjir di Kota Medan sejak dulu sampai sekarang belum dapat dituntaskan.

“Saya melihat baru Walikota Medan Muhammad Bobby Afif Nasution yang serius dalam mengatasi banjir. Keseriusan Walikota Medan dalam mengatasi banjir patut diapresiasi. Namun dalam penangan banjir di Kota Medan terlebih dahulu melakukan kajian yang mendalam, sehingga tidak berdampak pada lingkungan, sosial dan masyarakat,” ungkap mantan DPRD Sumut dan Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Sumut, Brilian Moktar, SE, MM, MH, Kamis (7/9).

Brilian Moktar

Pengkajian ini perlu dilakukan agar tidak menimbulkan dampak negatif, tidak saja pada lingkungan tapi juga masyarakat, tumbuh-tumbuhan dan hewan sekitar. Tanpa melakukan kajian, dapat muncul berbagai protes yang disampaikan masyarakat baik secara langsung maupun di media sosial.

Tidak sedikit masyarakat yang mengeluh tidak bisa berjualan atau membuka toko karena ada pengerjaan drainase. Kalau satu atau dua hari masyarakat tidak bisa berjualan karena ada pengerjaan drainase masih bisa dapat dimaklumi. Tapi kalau sampai seminggu lebih barapa kerugian yang harus ditanggung masyarakat.

Begitu pula dengan pelebaran drainase berdampak pada penyempitan jalan. Ini bisa menyebab kemacatan. Selain itu akses masyarakat untuk ke luar masuk akan semakin sulit. Hal yang paling penting adalah akses mobil pemadam kebakaran bila di daerah pemukiman yang jalan sempit terjadi kebakaran.

“Sangat dimaklumi kalau terjadi protes yang dilakukan masyarakat di Jalan Sampali karena dilakukan pelebaran drainase,” ungkap Brilian.

Brilian mengingatkan air yang melintas di Jalan Sampali bukan sungai tapi karal yang di buat sejak jaman Belanda. Tolong di cek katanya. Kalau benar karnal, maka Kepala Dinas sudah pantas dicopot karena tidak melakukan kajian mendalam.

Menurutnya dengan melebarkan kanal di Jalan Sampali tidak ada jaminan di Jalan Asia dan sekitarnya tidak banjir. Ia mencontohkan di Jalan Sumatera sudah digali dan hanya berjarak sekitar 300 meter dari kanal Sampali tapi tetap saja masih banjir.

Brilian mengatakan saat sebagai anggota DPRD Sumut pernah melakukan survey sampai lokasi Angsapura dan sekitarnya. Permasalah yang timbul mulai dari kelurahan Komat 1, Rengas Permata, dan Rengas II. Kalau disana dilebarkan dan tembus sampai Sampali, harusnya seputaran Asia tidak banjir.

“Hal ini jadi masukan untuk OPD dan bung Bobby Nasution,” katanya.

“Sebagai Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Sumut, saya minta para kadis jangan jadikan Walikota Medan sebagai perisai. Seharusnya semua kecamatan dibentuk mantri air, setiap hujan dengan intensitas tinggi turun ke lapangan, sehingga dapat diketahui penyebab banjir. Ke depan bung Bobby jangan percaya pada kajian OPD juga, perlu juga diperoleh masukan/informasi dari camat, lurah dan masyarakat.

Saran saya proyek pelebaran diberhentikan sementara, dibuat kajian ulang dampak lingkungan dansosialnya,” ungkap lagi.

Pelebaran drainase dapat dilakukan kalau itu mendesak. Karena itu, sebelum dilakukan pelebaran drainase terlebih dahulu dilakukan kajian berapa banyak debit air yang masuk apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi. Di tempat-tempat mana saja yang menjadi kantong banjir untuk dialirkan ke drainase terdekat, sehingga tidak tertumpu pada satu drainase saja.

Apakah banjir yang terjadi selama ini dikarenakan kapasitas drainase tidak mampu lagi menampung air atau karena drainase tersumbat karena sampah sehingga air tidak dapat mengalir dengan lancar dan lain sebagainya.

Persoalan selama ini terjadi Pemerintah Kota Medan lebih suka membangun drainase daripada melakukan perawaran.

Ia mencontohkan di Jalan Letda Sujono tepatnya depan Tol Bandar Selamat sempat tidak banjir bila hujan. Tapi belakangan kembali banjir bila hujan. Bisa jadi karena saluran air tidak lancar, sehingga butuh waktu lama untuk air menjadi surut.

NormalisasiSungai

Menanggapi pelebaran drainase di Jalan Sampali, Komisi D DPRD Sumut, Sugianto Makmur, mengatakan tidak setuju. Menurutnya di Medan ada sembila sungai melintasi Kota Medan yaitu Sungai Belawan, Sungai Badera, Sungai Sikambing, Sungai Putih, Sungai Babura, Sungai Deli, Sulang Saling, Sungai Kera dan Sungai Tuntungan. Selain itu Medan punya Kanal Timur yang dikerjakan dari proyek MUDP yang sampai hari ini tidak digunakan untuk menahan air sebagai pencegah banjir.

“Mengapa sembilan sungai yang melintasi Kota Medan tidak dinormalisasi untuk mencegah banjir. Begitu pula Medan punya Kanal Timur yang begitu besar kenapa tidak dibereskan dulu,” katanya.

Di Sampali ada banyak orang yang tinggal di sana, dengan pelebaran saluran air disana akan berdampak pada kehidupan masyakarat disana. Jalan semakin sempit, bila terjadi kebakaran akan menyulitkan untuk mobil pemadam untuk masuk.

Kalau saluran air di ujung belum dibaguskan, maka pelebaran saluran air di Sampali tidak akan memberi dampak mencegah banjir di sekitarnya.

Untuk melakukan pelebaran drainase butuh biaya besar dan dampak yang timbul juga besar. Masih ada alternatif untuk mencegah banjir di Jalan Asia dan sekitarnya tanpa melabarkan kanal di Sampali misalnya menyediakan pompa air.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *