Brilian Moktar: Nasib Buruh Masih Terabaikan
Tentang masih banyaknya kalangan buruh yang memilih turun ke jalan ketika memperingati Hari Buruh, menurut mantan Ketua Komisi E bidang Kesejahteraan Sosial DPRD Sumut itu sah-sah saja sepanjang dilakukan dengan tertib dan tidak anarkis.
Ia mengaku tidak dapat mempersalahkan buruh ketika memutuskan turun ke jalan, mengingat sejauh ini memang masih terlalu banyak tuntutan mereka yang belum terpenuhi, baik oleh pemerintah maupun pengusaha.
Brilian Moktar mencontohkan belum terealisasinya revisi Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga-kerjaan yang masih memberi peluang bagi adanya tenaga kerja kontrak, ketentuan jam kerja 40 jam per minggu, serta minimnya sarana dan prasarana penunjang pekerjaan dan keselamatan kerja.
Seharusnya, menurut Brilian, segera dilakukan revisi terhadap UU No. 13/2003 agar dapat diterima semua pihak khususnya buruh, pengusaha, dan pemerintah. “UU Ketenagakerjaan harusnya memberi sebuah keseimbangan, bukan menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain,” katanya.
Pemerintah Provinsi Sumut sendiri diharapkan juga lebih memberi perhatian terhadap nasib buruh yang sedemikian kompleksnya. ” memang nasib buruh sampai saat ini kian terabaikan Oleh pemerintah”, ujar anggota Komisi B DPRD Sumut ini.
Lebih jauh Brilian Moktar menyebutkan, Indonesia sebaiknya mencontoh sejumlah negara yang sudah sangat baik dalam memperhatikan kaum buruh.
“Di China, misalnya, selain memperhatikan kesejahteraan buruh, pemerintahnya juga memberikan hari buruh selama lima hari kerja setiap tahun pada Hari Buruh. Sementara bagi kita, kadang-kadang, pada Hari Buruh pun masih harus bekerja,” katanya.
Harus
Salah seorang buruh, Vina Munthe, mengatakan, kalangan buruh sepertinya masih harus turun ke jalan ketika mempe-ringati Hari Buruh tahun ini.
“Sepertinya kita masih harus turun ke jalan karena masih banyak tuntutan yang belum dipenuhi. Hari Buruh merupa-kan momen terbaik bagi kita untuk menyampaikan aspirasi,” ujarnya
Ketika ditanyakan kenapa aspirasi tidak disampaikan melalui serikat pekerja yang ada, menurut dia, cara seperti itu tidak pernah efektif karena sebagian besar serikat pekerja cenderung hanya memikirkan kepentingan mereka masing-masing.
“Selama ini serikat pekerja hampir tidak jalan. Mereka hanya mementingkan kepentingan sendiri, karenanya turun ke jalan masih menjadi pilihan bagi kita,” ujarnya.
Menurut Vina, turun ke jalan pada Hari Buruh masih dibutuhkan untuk lebih membuka mata pemerintah dan para pengusaha agar lebih memperhatikan nasib dan kesejahteraan buruh. (di)