Akibat Banyaknya Perampok, Medan Berpotensi Jadi “Kota Hantu”
Maraknya peristiwa perampokan itu sangat mengkhawatirkan karena membuat masyarakat menjadi takut untuk keluar rumah, terutama pada malam hari.
Karena banyak masyarakat yang takut keluar rumah, akhirnya Medan berpotensi menjadi ‘Kota Hantu’, kata anggota DPRD SU dari Fraksi PDI Perjuangan Brilian Moktar, SE, MM kepada wartawan, Rabu (20/2)
Menurut Brilian, setelah peristiwa perampokan yang dialami Tini yang tewas setelah dirampok di Jalan Ahmad Yani pada perayaan Imlek lalu, ia setiap hari menerima SMS maupun telepon yang menyampaikan peristiwa perampokan.
Sebagai anggota DPRD Sumut asal pemilihan Kota Medan, Brilian berusaha untuk meyakinkan masyarakat bahwa peristiwa perampokan itu belum dapat menjadi indikasi jika Kota Medan tidak aman.
Namun disebabkan peristiwa perampokan itu terus terjadi, apalagi berulang-ulang di lokasi tertentu masyarakat menjadi sulit diyakinkan. Apalagi masyarakat mengetahui kawanan perampok yang berkeliaran di Kota Medan itu cukup ganas dan pernah menikam korbannya hingga tewas.
Menurut Brilian, dari laporan masyarakat selama ini, rata-rata korban yang menjadi sasaran perampok itu adalah perempuan, terutama yang berkendara sendirian dan di malam hari.
Kemudian, jika dikaji secara jujur kata Brilian, peristiwa perampokan di Kota Medan banyak terjadi tetapi tidak keseluruhannya mencuat ke atas atau dilaporkan ke pihak kepolisian. Tidak sedikit ditemukan keluarga korban perampokan hanya mendiamkan saja kasus yang dialaminya karena keengganan berurusan dengan pihak kepolisian.
Karena itu, Brilian mengingatkan polisi di jajaran Polresta Medan dan Polres Pela-buhan Belawan agar tidak lagi memberikan toleransi dengan perampok. Kalau perlu, bentuk lagi tim pemburu perampok seperti yang dilakukan mantan Kapoltabes Medan Kombes Pol Irawan Dahlan dengan mem-buat tim pemburu preman.
Citra Buruk
Sebagai anggota DPRD Sumut dari pemilihan Kota Medan, Brilian tidak ingin ibukota Provinsi Sumut itu mendapatkan citra sebagai kota perampok, karena kesan pembiaran terhadap perampok.
“Sebagai pemangku amanat di bidang keamanan, polisi harus berdiri di depan. Jangan mengendorkan tugas dengan dalih geng motor” kata Bendahara Fraksi PDI Perjuangan itu.
Selain pihak kepolisian, Brilian juga mengharapkan Pemko Medan terlibat dengan mengerahkan aparatur yang ada untuk meningkatkan pengamanan di jalan raya. Pemko Medan jangan hanya mengandalkan program Siskamling karena target pengamanannya hanya sekitar pemu-kiman warga. Sedangkan perampokan sering terjadi di jalan raya.
Aspek lain yang tidak kalah penting, kata Brilian, pihak kepolisian harus memihak masyarakat yang menjadi korban atau bakal menjadi korban perampokan dengan melindungi keselamatan, keamanan, dan hakya di depan hukum.
Dari laporan yang didapatkan dari masyarakat, tidak jarang pihak kepolisian justru berpihak pada orang yang diduga kawanan perampok yang celaka, akibat korbannya memberikan perlawanan.
Seperti peristiwa yang pernah terjadi pada akhir tahun 2012 di kawasan Jalan cemara. Ketika salah seorang warga yang kaca mobilnya pecah dilempar kawanan perampok malah dijatuhi hukuman karena ketika menggejar, menabrak pelaku yang menggerem mendadak.
“Aneh sekali, perampok seperti dilindungi UU. Sepertinya, warga tidak boleh melawan kalau dirampok. Kalau begitu terus, warga akan takut keluar rumah, akhirnya Medan akan menjadi kota hantu” kata Brilian Moktar. (di)